Advertise Here

Cerminan Qolbu

- Another Blogger Blog's

Kamis, 30 Agustus 2012

Ibaratkan orangtua memegang tangan anaknya…

Orang tua terlalu over protectif sama anaknya, ibarat orangtua terlalu kuat memegang tangan anaknya. Sementara kebanyakan orangtua tidak menyadarinya, kalau mereka telah menyakiti anaknya sendiri. Anak tidak bisa berkreativitas, segala di tentukan orangtua. Sehingga pribadi anak tumbuh menjadi tergantungan orangtua. Anak menjadi tidak bisa menentukan sikap sendiri, harus bagaimana selalu bertanya orangtua. Perkataannya menjadi duplikat perkataan orangtua, kata ibu kata ayah pada hal usianya sudah dewasa. 

Sedangkan orang tua yang terlalu over indenpendent, membiarkan anaknya melakukan sendiri atau yang sering di sebut mandiri. Ini diibaratkan orang tua melepas sepenuhnya pegangan tangan anaknya. Sehingga membuat anak akan merasa terasa di abaikan atau tidak diperdulikan. Karena pada saat anak butuh kan orang tua, orangtuanya tidak ada, atau tidak perduli. Ini di ibaratkan ketika anak terlepas dari tangan orang tua, saat dia bermasalah si anak ingin kembali memegang tangan orangtuanya namun orang tua malah menyikirkan tangan anaknya.

Ini menyiratkan bahwa orang tua jangan terlalu berlebihan atau pun tidak pernah sama sekali dalam mendidik anak. Bukankah Allah tidak menyukai yang berlebih-lebihan

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas . Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas . (Qs. Al-Maidah (5):87)

Bahkan Al-Qu'an tercata 26 kali Allah SWT memberikan perumpamaan maupun peringatan agar jangan melampaui batas.

Orang tua sebagai pendidik tidak hanya guru di sekolah. Jadi jangan menyerahkan sepenuhnya tanggungjawab mendidik kepada guru. Guru memiliki waktu terbatas dan intensitas ruang perhatian yang terbatas. Karena waktu yang dimiliki guru dan anak yang dididik oleh guru lebih banyak dari pada orangtua di rumah. Orang tua sibuk mencari nafkah, bisa di maklumi. Tapi jaman sudah canggih bukan, ada hp, I phone, Ipad, dan banyak lagi barang tekhnologi yang bisa digunakan untuk terus berhubungan dengan anak. Ibu rumah tangga, juga tidak menjamin mempunyai waktu dengan anaknya. Terkadang bila sibuk untuk urusan rumah, si anak malah terabaikan.   

Kewajiban orangtua adalah mendidik anak. Mendidik anak memang berat. Apalagi menjaga sekaligus mendidik sudah pasti sulit. Tapi ada baiknya keduanya ada dan berjalan bersamaan, tentunya dengan tidak berlebihan. 

Orang tua yang pola asuhnya over protective, ada baiknya biarkan anak mengenal dunia sambil memberitahukan resiko yang akan terjadi bila mereka berbuat ini itu. Mengenal dunia itu berarti sama dengan membiarkan anak mandiri.  Ibaratkan orang tua memegang tangan anak, mereka melepas perlahan tangan anaknya. Ini dimaksudkan agar anak tidak merasa terlalu dijaga. Kemudian ini menjelaskan bahwa saat anak butuh orang tua, mereka siap meraihnya dan memberitahukan apa yang baik atau yang benar kepadanya. Memotivasi kemandiriannya bahwa hal itu menyenangkan bagi orang tua. 

Orang tua yang pola asuhnya yang over independent, ada baiknya mendidik anak kemandirian dengan sekaligus menjaganya. Ini diibaratkan orang tua melepas tangan anaknya, selalu siap memegang tangan anak jika anak kembali meraih tangan orang tua.  Orang tua bisa juga memberikan tangannya bila mereka mengetahui anaknya dalam masalah. Sehingga anak tidak merasa diabaikan ketika ada masalah dihadapinya. Ketika orang tua memegang tangan anak, tataplah mata si anak sambil berkata “Kamu pasti bisa…”. Dan juga bilang “ Kamu sudah saatnya melakukan ini sendiri.

Orang tua melepaskan tangannya anaknya harus siap siaga untuk memegang kembali tangan anaknya, ini juga berarti anak di biarkan mandiri untuk mengenal lingkungannya, tapi pada saat prilaku anak mulai menyeleneh atau mungkin tidak sopan, adakala orang tua menarik anak dari peredaran sebelum prilakunya berkembang di lingkungannya.

Ingatlah.. anak tidak selamanya berada bersama orang tua. Oleh sebab itu didiklah anak agar mandiri, siap terjun kehidupan sosial bermasyarakat tanpa orang tua. Tentunya dengan tidak melanggar norma2 yang ada. Dan ingatlah.. anak adalah kertas putih, dia akan menjadi seperti apa yang diinginkan penulisnya. Tapi bukan berarti anak tidak boleh mengeluarkan pendapatnya, melakukannya yang diinginkannya, memiliki prinsip sendiri, dan menjadi seseorang diinginkannya. Tentunya selama tidak keluar dari norma agama.